PENGERTIAN KIBLATNYA SESEORANG YANG BERDOA
KIBLAT BERDO'A ADALAH LANGIT BUKAN BERARTI ALLOH DI LANGIT
Berkata Imam Ahlus Sunnah wal jamaah Abu Mansur Al-Maturidi ra : “Adapun mengangkat tangan ke langit adalah ibadah, hak Allah menyuruh hamba-Nya dengan apa yang Ia kehendaki, dan mengarahkan mereka kemana yang Ia kehendaki, dan sesungguhnya sangkaan seseorang bahwa mengangkat pandangan ke langit karena Allah di arah itu, sungguh sangkaan itu sama dengan sangkaan seseorang bahwa Allah di dasar bumi karena ia meletakkan muka nya di bumi ketika Shalat dan lain nya, dan juga sama seperti sangkaan seseorang bahwa Allah di timur/barat karena ia menghadap ke arah tersebut ketika Shalat, atau Allah di Mekkah karena ia menunaikan haji ke Mekkah” [Kitab At-Tauhid – 75]
Berkata Imam Nawawi ra : “Dan Dialah Allah yang apabila orang menyeru-Nya, orang itu menghadap ke langit (dengan tangan), sebagaimana orang Shalat menghadap Ka’bah, dan tidaklah demikian itu karena Allah di langit, sebagaimana bahwa sungguh Allah tidak berada di arah Ka’bah, karena sesungguhnya langit itu qiblat orang berdoa sebagaimana bahwa sungguh Ka’bah itu Qiblat orang Shalat” [Syarah Shahih Muslim jilid :5 hal :22]
Imam Al-Hafidh Murtadha Az-Zabidi berkata: “Maka adapun angkat tangan ke arah langit ketika berdoa, karena sesungguhnya langit itu qiblat doa” [Ittihaf, jilid 2, hal 170]. kemudian Imam Al-Hafidh Murtadha Az-Zabidi juga berkata: “Jika dipertanyakan, ketika adalah kebenaran itu maha suci Allah yang tidak ada arah (jihat), maka apa maksud mengangkat tangan dalam doa ke arah langit ? maka jawaban nya dua macam yang telah disebutkan oleh At-Thurthusyi :
Pertama: sesungguhnya angkat tangan ketika doa itu permasalahan ibadah seperti menghadap Ka’bah dalam Shalat, dan meletakkan dahi di bumi dalam sujud, serta mensucikan Allah dari tempat Ka’bah dan tempat sujud, maka langit itu adalah qiblat doa.
Kedua: manakala langit itu adalah tempat turun nya rezeki dan wahyu, dan tempat rahmat dan berkat, karena bahwa hujan turun dari langit ke bumi hingga tumbuhlah tumbuhan, dan juga langit adalah tempat Malaikat, maka apabila Allah menunaikan perkara, maka Allah memberikan perkara itu kepada Malaikat, dan Malaikat-lah yang memberikan kepada penduduk bumi, dan begitu juga tentang diangkat nya segala amalan (kepada Malaikat juga), dan dilangit juga ada para Nabi, dan langit ada syurga yang menjadi cita-cita tertinggi, manakala adalah langit itu tempat bagi perkara-perkara mulia tersebut, dan tempat tersimpan Qadha dan Qadar, niscaya tertujulah semua kepentingan ke langit, dan orang-orang berdoa pun menunaikan ke atas langit”[Ittihaf, jilid 5, hal 244]
Al imam nawawi ra :
قَالَ الْإِمَامُ مُـحْيِ الدِّيْنِ النَّوَوِيُّ فِيْ كِتَابِهِ شَرْحِ صَحِيْحِ مُسْلِمٍ: “تُقِرُّ بِأَنَّ الْخَالِقَ الْمُدَبِّرَ، الْفَعَّالَ هُوَ اللهُ وَحْدَهُ، وَهُوَ الَّذِيْ إِذَا دَعَاهُ الدَّاعِيْ اِسْتَقْبَلَ السَّمَاءَ، كَمَا إِذَا صَلَّى الْمُصَلِّيْ اِسْتَقْبَلَ الْكَعْبَةَ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَنَّهُ مُنْحَصِرٌ فِي السَّمَاءِ كَمَا أَنَّهُ لَيْسَ مُنْحَصِرًا فِيْ جِهَةِ الْكَعْبَةِ، بَلْ ذَلِكَ لِأن السَّمَاءَ قِبْلَةُ الدَّاعِيْنَ، كَمَا أَن الكعبةَ قِبْلَةُ الْمُصَلِّيْنَ”.
Terjemahan:
Telah berkata al-Imam Muhyiddin an-Nawawi di dalam kitabnya Syarh Sahih Muslim: Kamu menetapkan sesungguhnya Dialah yang mencipta, yang mentadbir, yang berkuasa melakukan apa sahaja yang dikehendaki-Nya dan Dialah [Allah] yang apabila seseorang berdoa kepada-Nya, dia menghadap ke langit [menadah tangan ke langit] sepertimana orang yang bersembahyang menghadap ke Ka`bah, dan ini bukanlah bermakna Allah meliputi [berada] di langit sepertimana Allah tidak meliputi [berada di] Ka`bah, sebaliknya langit merupakan kiblat bagi orang-orang yang berdoa, begitu juga ka`bah menjadi kiblat bagi orang-orang yang bersembahyang” .
Al-Imam al-Nawawi, Syarah Sahih Muslim (1996), Dar al-Makrifah,Beirut Lubnan, Jus 5. halaman 26
Telah berkata al-Imam al-Hafiz Ibn Hajaral-`Asqalani al-Syafi`e al-Asy`ari rahimahullah (W. 852 H) dalam kitabnya Fath al-Bari jilid 2 halaman 96
قَالَ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ الْعَسْقَلَانِيُّ فِيْ كِتَابِهِ فَتْحِ الْبَارِيِّ: “اَلسَّمَاءُ قِبْلَةُ الدُّعَاءِ كَمَا أَنَّ الْكَعْبَةَ قِبْلَةُ الصَّلَاةِ”.
Terjemahan:
“Langit merupakan kiblat bagi doa sepertimana ka`bah qiblat bagi solat“.
Ibn Hajar al-`Asqalani (t.t), Fath al-Bari bi Sharh Sahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Ma`rifah, jus2, halaman 233.
قَالَ الشَّيْخُ مُلَّا عَلِيُّ الْقَارِيُّ الْحَنَفِيُّ فِيْ كِتَابِهِ شَرْحِ الْفِقْهِ الْأَكْبَرِ: “السَّمَاءُ قِبْلَةُ الدُّعَاءِ بِـمَعْنَى أَنَّهَا مَـحَلُّ نُزُوْلِ الرَّحْمَةِ الَّتِيْهِيَ سَبَبُ أَنْوَاعِ النِّعْمَةِ”.
Terjemahan:
“Telah berkata asy-Syeikh Mulla `Ali al-Qari al-Hanafi di dalam kitabnya Syarh al-Fiqhal-Akbar: ”Langit merupakan kiblat bagi doa dengan makna bahawasanya ia adalah tempat turunnya rahmat yang ia merupakan sebab terciptanya berbagai nikmat [bagi manusia]“.
قَالَ الْعَلَّامَةُ الْمُحَدِّثُ الشَّيْخُ عَبْدُ اللهِ الْهَرَرِيُّ الْمَعْرُوْفُ بِالْحَبَشِيْ فِيْ كِتَابِهِ (إِظْهَارِالْعَقِيْدَةِ السُّنِّيَّةِ): “وَرَفْعُ الْأَيْدِيْ وَالْوُجُوْهِ إِلَى السَّمَاءِ عِندَ الدُّعَاءِ تَعَبُّدٌ مَـحْضٌ كَالتَّوَجُّهِ إِلَى الْكَعْبَةِ فِي الصَّلَاةِ، فَالسَّمَاءُ قِبْلَة ُالدُّعَاءِ كَالْبَيْتِ الَّذِيْ هُوَ قِبْلَةُ الصَّلَاةِ”.
Terjemahan:
Telah berkata al-`Allamah al-Muhaddis asy-Syeikh Abdullah al-Harari masyhur dengan al-Habasyi di dalam kitabnya (Izhar al-Aqidah as-Sunniyyah):”Mengangkat tangan dan muka ke arah langit ketika berdoa merupakan semata-mata perkara ta`abbudi sepertimana menghadap ke arah ka`bah di dalam solat, maka langit itu merupakan kiblat doa sepertimana ka`abah itu merupakan kiblat bagi solat“.
Semoga bermanfaat amiin....
Posting Komentar untuk "PENGERTIAN KIBLATNYA SESEORANG YANG BERDOA"